Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghormati dan
mengenal Sejarah nya, Sebuah kutipan kalimat bijak dari seorang tokoh Nasional
“Soekarno”, itu kalimat yang perlu kita
pahami sebab dengan mengenal sejarah maka kita akan lebih menghargai apa yang
telah kita miliki, apa yang telah kita capai dan kita lebih memahami dari mana kita
berasal.
Disini saya ingin sedikit berbagi coretan Sejarah kepada
pembaca mengenai Sejarah Masjid Besar Al-Azhar Turen, yang berada didaerah Malang Kec.Turen - Jawa Timur, dengan harapan nantinya kita akan lebih menghargai dan menghormati apa yang yang telah dicapai Pendahulu kita dimasa lampau.
Turen
adalah nama sebuah Kecamatan di daerah Malang Selatan – Jawa Timur, Nama itu
sudah ada sejak jaman Mataram Kuno Era
JawaTimur sekitar abad 10 M, ini berdasarkan pada penemuan Prasasti
peninggalan era Mpu Sindok di desa
Tanggung Kec.Turen, Disitu tertulis tahun 929M yang menyebutkan nama Desa Turryan. Jadi dari nama Turyyan yang kemudian seiring berjalannya waktu masyarakat menyebutnya menjadi Turen. Sedangkan Batu Prasasti itu masih ada dan dilestarikan hingga saat ini di Desa Tanggung Kec.Turen yang terkenal dengan sebutan "Prasasti Turyyan" atau masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan nama "Watu Godek".
Nama Turen itu sendiri mulai tercatat dalam sejarah peradapan modern sejak masuknya Kolonial Belanda sekitar abad 18M, ini dilihat dari bekas bangunan2 serta data arsip yang ada.
Sedangkan pusat kegiatan masyarakat Turen adalah di Pasar, dan dari situ
apabila kita berjalan ke arah timur kurang lebih sekitar ±600m akan menjumpai sebuah
Masjid didekat sungai, dan itulah Masjid Besar Al-Azhar Turen, Masjid tertua
di Malang selatan yang sekaligus menandai awal Peradaban Islam di Turen.
Konon Masjid ini di bangun sekitar tahun 1875 oleh seseorang yang bergelar Penghulu (Pemimpin Peradilan Agama). beliau adalah H.Oemar Tomo putra dari Suro Wijoyo,
Beliau saat kecil hingga dewasa biasa di juluki
dengan panggilan Putra Kanjeng,
hingga setelah menikah beliau ditugaskan di Turen sekitar sejak tahun 1868.
Beliau adalah sosok yang dihormati dan disegani, disamping karena mempunyai kedudukan
dan hubungan dengan Mataram Islam, beliau adalah sosok pengayom Masyarakat yang
saat itu Negara ini masih menjadi jajahan Belanda.

(para Cucu dan Cicit dari H.Oemar Tomo tahun 1928)
Selang beberapa tahun kemudian beliau mendirikan sebuah Mushola kecil di halaman depan rumahnya yang luas, Mushola inilah yang menjadi cikal bakal Masjid Al-Azhar Turen.
Dulu Mushola ini digunakan sebagai tempat
berkumpulnya para warga saat malam hari, disamping sebagai tempat untuk beribadah mereka berkumpul
juga untuk
membahas rencana atau strategi dan lain sebagainya, kemudian disaat siang hari Mushola ini sengaja dibiarkan terlihat sepi agar tidak memancing perhatian pihak Belanda.
Bangunan
Mushola waktu itu masih sederhana yang dindingnya hanya terbuat dari anyaman bambu, hingga kemudian pada sekitar tahun 1875 H.Oemar Tomo merenovasi Mushola tersebut menjadi Masjid atas perintah Bupati Malang kala itu.
Dan Masjid ini di bangun dekat
jalan raya dan didekat sungai yang menjadikannya sangat strategis untuk sebuah
Masjid.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya Masjid tersebut di Hibahkan
kepada masyarakat untuk dijaga dan dirawat, disamping sebagai tempat ibadah sekaligus
sebagai sarana Syi’ar Islam di Turen, sehingga sejak itu
masyarakat menyebut daerah dekat Masjid dengan sebutan Kauman
(Kaum Beriman).
Sejak itu Masjid ini dikelola oleh masyarakat dari
generasi ke generasi, hingga kemudian pada sekitar tahun 1920an dilakukan perubahan
besar pada Masjid tersebut, Dari bentuk yang sederhana kini Masjid itu
diperbesar dan diperluas, Disebelah timur dibangun sebuah ruang teras menonjol seperti Balkon dengan Kubah kecil diatasnya, Dari bangunan khas
Jawa kini Masjid itu dirubah menjadi bangunan sedikit bergaya khas Timur Tengah
dengan pilar2 bulat pada tembok bagian luar serta ornamen2 unik pada dinding, kecuali pada bagian atap ruang tengah yang tetap
dibuat model Joglo khas Jawa.
Masyarakat saling bahu membahu dalam proses pembangunan tersebut, konon disepanjang jalan besar dekat Masjid itu, dulu masih banyak tumbuh pohon2 Jati yang kemudian hampir semua pohon2 tersebut ditebang untuk keperluan pembangunan Masjid. Namun untuk mendapatkan kayu besar dan panjang sebagai tiang utama Penyangga Masjid mereka harus mencari sampai ke daerah Pronojiwo (jarak yang cukup jauh), itu karena kayu yang sesuai dengan ukuran kebutuhan masih banyak terdapat disana.
Mereka membawa kayu2 tersebut hingga berhari2 dengan menggunakan gerobak sapi (Cikar Glebek), perjalanan itu cukup lama karena kendaraan yang ada saat itu hanya gerobak sapi, dan jalanan pun masih berupa tanah dan batu.
Mereka membawa kayu2 tersebut hingga berhari2 dengan menggunakan gerobak sapi (Cikar Glebek), perjalanan itu cukup lama karena kendaraan yang ada saat itu hanya gerobak sapi, dan jalanan pun masih berupa tanah dan batu.
Untuk melengkapi kebutuhan Masjid mereka membuat sebuah Beduk besar yang lingkaran diameternya terbuat dari kayu utuh, namun untuk mendapatkan kayu yang berdiammeter besar tidaklah mudah karena mereka harus mencari hingga ke daerah Hutan, sedangkan disisi lain kayu2 besar tidak boleh diambil tanpa ijin resmi dari pihak Belanda, karena kayu2 tersebut semua hanya untuk keperluan pihak Belanda, sehingga mereka harus melakukan semua itu dengan cara sembunyi2.
Setiap menjelang petang mereka harus berangkat dengan berjalan kaki menuju Hutan didaerah Sumber Manjing, setelah menemukan kayu yang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan mereka lalu memotongnya dan menarik kayu tersebut sedikit demi sedikit dengan menggunakan tali, mereka tidak memakai Gerobak dan tidak berani melewati jalan umum sehingga harus menerobos Hutan disepanjang perjalanan, semua itu mereka lakukan dimalam hari agar tidak diketahui oleh pihak Belanda.
Kemudian saat menjelang pagi mereka menutupi kayu tersebut dengan daun2 kering agar tidak terlihat, dan esoknya menjelang Maghrib mereka kembali untuk menarik kayu tersebut hingga pagi berikutnya, semua itu mereka lakukan selama berhari2 hingga kayu itu sampai, sungguh ironi karena mereka terpaksa harus mencuri kayu milik mereka sendiri.
Kemudian dibagian barat Masjid, dibangun sebuah kolam renang besar dekat sungai sebagai tempat mandi pria, sedangkan disebelah selatan dibangun sebuah menara segi empat
dengan tiga tingkat, dibagian bawah menara tersebut dibangun sebuah bak air yang cukup besar dengan bentuk segi enam sebagai tempat wudhu
pria, lalu tingkat kedua digunakan untuk mengaji dan tingkat atasnya lagi digunakan untuk meletakkan Beduk agar suara tabuhan Beduk bisa mencapai jarak yang jauh, Kemudian untuk tempat wudhu wanita
dibangun disebelah utara dengan model sederhana tanpa atap.
Kini Masjid itu tampak lebih indah dari sebelumnya, namun dampak dari perubahan tersebut kini halaman Masjid menjadi agak sempit.
Lalu pada tahun 1950 Masjid ini dibuatkan sebuah Mimbar Khutbah dari kayu berukir dengan beberapa anak tangga untuk menaikinya, dan Mimbar tersebut kini masih terawat baik hingga saat ini.
Konon saat merenovasi Masjid ada seorang Dermawan yang cukup besar jasanya dalam proses Pembangunan Masjid tersebut, beliau adalah Ky H. Abd Majid seorang Mu'alaf keturunan Tionghoa dengan nama asli "Liem Tjie Sing", Beliau adalah pendatang yang berasal dari daerah Tuban yang kemudian tinggal di Tendean - Turen. Cukup banyak harta benda yang selalu beliau sumbangkan untuk keperluan Masjid ini hingga diakhir usia beliau ditahun 1957.
Pada sekitar tahun 1956
dipojok halaman Masjid sebelah utara bagian timur dibangun sebuah Menara tinggi, Menara tersebut digunakan untuk melakukan panggilan Sholat (Adzan), karena saat itu belum ada Pengeras Suara maupun Listrik sehingga untuk melakukan Panggilan Sholat seseorang harus naik keatas Menara tersebut lalu mengumandangkan Adzan dengan menggunakan Corong yang terbuat dari Seng.
Menara tersebut cukup tinggi untuk ukuran dijamanya, sehingga menjadi kebanggaan masyarakat waktu itu.
(Masjid kebanggaan masyarakat Turen dengan menara yang tinggi)
Apabila kita memasuki ruang utama Masjid maka akan menjumpai sebuah Mimbar dari kayu Berukir, kemudian ada Beduk Tua yang berada di teras sebelah utara dan Lonceng antik yang tersimpan di kamar khusus, kini hanya itulah peninggalan lama yang tersisa dan masih bisa kita jumpai.
Atap diruang tengah yang selama ini model Joglo (khas Jawa) dirubah dan dibuat lebih tinggi, kemudian Kubah lama yang terbuat dari Aluminium juga diganti dengan Cor Beton.
(Masjid kebanggaan masyarakat Turen dengan menara yang tinggi)
Namun sayang,... usia Menara itu tidak terlalu lama yang hanya sekitar 10 tahun, karena pada
suatu pagi ditahun 1966 terjadi gempa dahsyat yang mengakibatkan hancurnya
bangunan Masjid beserta menara ini roboh, dampak kerusakan yang ditimbulkan
cukup parah sehingga Masjid harus dilakukan perbaikan besar.
Setelah kejadian tersebut kemudian Masjid ini dibangun kembali tetapi
tidak mirip penuh dengan bangunan sebelumnya.
(bangunan yang baru setelah terjadi gempa
dengan satu menara disebelah selatan)
Kini tidak ada lagi Kubah di teras
sebelah timur, tidak ada lagi menara yang menjulang tinggi, serta pilar2 bulat dengan gaya khas Timur Tengah kini diganti dengan pilar2
persegi yang lebih sederhana, tetapi Tiang Penyangga diruang Utama serta atap
Joglo khas Jawa masih tetap ada, dan Menara segi empat disebelah selatan juga masih ada.
Sepertinya orang2 jaman dulu lebih telaten dan lebih
teliti dalam mengerjakan suatu bentuk seni arsitektur yang lebih rumit, ini dillihat dari bentuk model yang sebelumnya.
Selama ini nama Masjid itu masih belum Al-Azhar, dan masyarakat selama ini biasa menyebutnya dengan sebutan Masjid Turen saja, hingga setelah
pembangunan ini selesai kemudian Pengurus Masjid sepakat untuk mengganti nama dengan nama ”Al-Azhar” yang berarti bunga dengan
harapan bisa berkembang nantinya.
Kemudian pada tahun 1982 atap Masjid bagian tengah dipasang Kubah besar yang terbuat dari
Aluminium, ruang Sholat diperluas kearah
barat dan Mihrab dirubah menjadi tiga berjajar, Kolam renang besar dirubah menjadi sekat2 ruang mandi dan disamping atasnya dibangun tempat Wudhu dengan kran air berjajar, sehingga kini tampak sedikit modern karena selama ini memang tempat mandi pria terlihat sangat tradisional.
(gambar
diatas setelah direnovasi tahun 1982 dengan tambahan Kubah Aluminium)
Lalu pada perkembangan selanjutnya ditahun 1985 pengurus Masjid kembali
melakukan perubahan lagi, namun kali ini bersifat total kecuali pada bagian Kubah
dan tempat mandi pria.
Halaman Masjid diperluas ke
sebelah utara dan timur, ruang Masjid diperluas ke semua arah, Menara sebelah
selatan digusur untuk pelebaran ruang Masjid, tempat Wudhu wanita juga digusur
dan dipindah, Arsitektur Masjid dirubah total dari bentuk yang tradisional
menjadi modern dan sejak itu Masjid ini tidak lagi mempunyai Menara, bentuk
Masjid terinspirasi dari model Masjid Kepanjen
Malang. Kayu empat pilar Tiang Penyangga Kubah dibungkus dengan
triplek bermotif, sehingga sejak itu tidak lagi terlihat bekas2
peninggalan yang lama, semua sudut terlihat baru dan modern, mulai
dari lantai, dinding, pilar2 bagian
luar serta atap dan pagar halaman Masjid, semuanya dirubah dan tampak baru.
(foto diambil tahun 1987 dengan latar belakang rumah peninggalan
H.Oemar Tomo)
Apabila kita memasuki ruang utama Masjid maka akan menjumpai sebuah Mimbar dari kayu Berukir, kemudian ada Beduk Tua yang berada di teras sebelah utara dan Lonceng antik yang tersimpan di kamar khusus, kini hanya itulah peninggalan lama yang tersisa dan masih bisa kita jumpai.
(sisa2
peninggalan lama yang mempunyai nilai Sejarah cukup dalam).
Kemudian di tahun 1999 – 2000 Masjid
direnovasi dibagian dalam, terutama pada bagian Mihrab, Atap, Kubah serta Pilar Tiang Penyangga.
Lalu Empat Pilar Tiang Penyangga dari kayu besar juga diganti dengan Enam buah Pilar besar yang terbuat dari Cor Beton, sehingga tampak lebih kokoh karena untuk menahan beban Kubah yang baru.
(Pilar Tiang Penyangga yang terinspirasi dari model Masjid Nabawi)
Lalu ruang Sholat diperluas pada bagian barat dan bentuk Mihrab juga dirubah, yang tadinya Tiga berjajar kini menjadi Satu Mihrab besar dengan Arsitektur indah dan lebih Artistik, sehingga kini ruangan itu terlihat megah serta lebih luas dan nyaman.
(Mihrab yang baru dengan Mimbar Antik peninggalan jaman dulu)
kemudian
pada tahun 2001 dibangun sebuah Menara kecil disebelah barat bagian selatan, tetapi menara
itu hanya digunakan untuk penyimpanan air (tandon air), Lalu ditahun 2015 dibangun tempat Wudhu tambahan untuk pria dibawah Menara tersebut.
(Masjid Besar Al-Azhar Turen tahun 2017)
Pada perkembangan selanjutnya, Tahun 2020 Pintu masuk halaman Masjid diperluas dan dibangun sebuah Gapura besar, ini bertujuan untuk memudahkan kendaraan roda empat saat memasuki halaman Masjid, sehingga kini kendaraan besar pun bisa lebih leluasa untuk masuk area tersebut.
Sedangkan disebelah utara juga dibangun sebuah tempat Parkir yang cukup luas, tempat itu mampu menampung kendaraan yang lebih banyak sehingga kendaraan bisa lebih tertata rapih disaat Jama'ah melakukan ibadah Sholat Jum'at
Tempat ini cukup nyaman sehingga juga digunakan untuk Sholat Ied maupun acara2 kegiatan Sosial, apalagi setiap tahun nya di Masjid ini juga menyelenggarakan pemberangkatan jama'ah Ibadah Haji dan Umrah sehingga sangat nyaman untuk Parkir kendaraan keluarga pengantar Jama'ah, karena di Masjid ini juga mempunyai KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) yang yang dikelola oleh Yayasan Masjid.
Kemudian rumah bekas pendiri Masjid juga di Restorasi untuk dilestarikan, yang kemudian rumah tersebut difungsikan untuk Stasiun "Pemancar Radio Al-Azhar" dan Kantor Remaja Masjid.
(Jajaran Pengurus Masjid dan Remaja Masjid)
(Jajaran Pengurus Masjid dan Remaja Masjid)
Dari uraian diatas mungkin dapat kita lihat betapa pentingnya nilai sejarah bagi kita maupun generasi berikutnya, agar kita bisa lebih mensyukuri apa yang telah kita capai dan apa yang telah kita miliki.
Semoga tulisan ini ada hikmah dan manfa'at yang bisa kita ambil,.. Wassalam.
Yayasan Masjid Besar Al-Azhar Turen : http://alazharturen.hol.es/
Semoga tulisan ini ada hikmah dan manfa'at yang bisa kita ambil,.. Wassalam.
Yayasan Masjid Besar Al-Azhar Turen : http://alazharturen.hol.es/